Jumat, 20 Agustus 2010

Doa Rumeksa Ing Wengi

Ada kidung rumeksa ing wengi
Yang menjadikan kuat selamat dari semua penyakit
Terbebas dari segala petaka
Jin dan setan pun tidak mau
Segala jenis sihir tidak berani
Apalagi perbuatan jahat
Guna-guna tersingkir
Api menjadi air
Pencuri pun menjauh dariku
Segala bahaya akan lenyap

Semua penyakit pulang ke tempat asalnya
Semua hama menyingkir dengan pandangan kasih
Semua senjata tidak mengena, bagaikan kapuk jatuh di besi
Segenap racun menjadi tawar
Binatang buas menjadi jinak
Pohon ajaib, tanah angker, lubang landak, gua orang, tanah miring dan sarang merak

Kandangnya semua badak
Meski batu dan laut mengering
Pada akhirnya semua selamat
Sebab badannya selamat
Dikelilingi oleh bidadari
Yang dijaga oleh malaikat
Dan semua rasul
Dalam lindungan Tuhan
Hatiku Adam dan otakku Nabi Sis
Ucapanku ialah Nabi Musa

Napasku Nabi Isa yang amat mulia
Nabi Ya’kub pendengaranku
Nanti Nabi Daud menjadi suaraku
Nabi Ibrahim menjadi nyawaku
Nabi Sulaiman menjadi kesaktianku
Nabi Yusuf menjadi rupaku
Nabi Idris pada rambutku
Ali sebagai kulitku
Abu Bakar darahku
Dan Umar dagingku
Sedangkan Usman sebagai tulangku

Sumsumku adalah Fatimah yang amat mulia
Siti Aminah sebagai kekuatan badanku
Nanti Nabi Ayub ada di dalam ususku
Nabi Nuh di dalam jantungku
Nabi Yunus di dalam ototku
Mataku ialah Nabi Muhammad
Air mukaku rasul dalam lindungan Adam dan Hawa
Maka lengkaplah semua rasul
Yang menjadi satu badan

Sabtu, 07 Agustus 2010

Belajar Ma'rifat Demi Ketentraman Jiwa

* Telah tiba saatnya Intelektual Islam tampil : Islam membawa manfaat kemajuan dan kesejahteraan. Sebagai bangsa dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di Dunia, sudah selayaknya bangsa Indonesia maju ke depan dengan berlandaskan Islam menyumbangkan berbagai Inovasi dan Ilmu
Islam adalah Rahmat bagi Semesta Alam, Islam bertumpu pada dimensi Ilmu Pengetahuan dan Pembangunan Akhlak (Akhlaqul Karimah). Al Quran merupakan tuntunan beribadah dan tersembunyi didalamnya Teknologi serta Ilmu Pengetahuan yang sangat maju dan canggih yang selalu terdepan sepanjang jaman bagi siapapun yang mau menggalinya dan berusaha memahamimya sebagai jalan kehidupan.

Apa yang dituangkan Al Quran melahirkan berbagai pandangan untuk mencapai kesempurnaan, untuk memaksimalkan berbagai potensi dan kemampuan yang tersembunyi dalam Diri setiap Manusia, untuk menghadirkan harmoni dengan kecerdasan Intelektual dan kesalehan sosial yang mampu mengangkat peradaban masyarakat dunia dengan pendekatan kasih sayang menuju kemakmuran dan kesejahteraan "Gemah Ripah Loh Jinawi".

Perintah membaca dengan menyebut Nama Tuhan Allah, merupakan Inti dari proses pembelajaran, dengan Membaca Kita membuka Pengetahuan dan Cakrawala baru yang luas. Dengan selalu mengingat Allah dalam segala kegiatan dan apapun yang Kita lakukan, maka kehidupan berjalan dengan penuh arti dalam Pengabdian kepada Tuhan Allah dan Umat Manusia serta Keluarga.

Islam mendorong menggunakan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang membawa manfaat kemajuan dan kesejahteraan dengan berlandaskan akhlak yang mulia menuju keberhasilan dan kesuksesan, menuju masyarakat yang maju bermartabat, masyarakat yang cerdas, berbudipekerti luhur, menguasai Ilmu Pengetahuan, berdaya saing, unggul dan mulia.

* Semua itu diawali dengan mengenal Diri Pribadi, mengenal kelebihan dan kekurangan Kita, membangkitkan dan memaksimalkan kemampuan terdalam, memicu dan memotivasi Diri, melakukan proses pembelajaran, pelatihan, mengenal tantangan, berbagai masalah yang menghadang dan kesulitan serta cara untuk menanggulanginya, perjuangan dan usaha yang keras secara terus menerus berkelanjutan guna mencapai kesuksesan dan kesempurnaan.

Sesungguhnya di dalam diri manusia terdapat ruh yang berasal dari ruh Tuhan sesuai dengan ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang penciptaan manusia (“Ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan manusia dari tanah. Maka apabila telah Kusempurnakan kejadiannya dan Kutiupkan kepadanya roh Ku; maka hendaklah kamu tersungkur dengan bersujud kepadanya (Shaad; 71-72)”)>. Dengan demikian ruh manusia akan menyatu dengan ruh Tuhan dikala penyembahan terhadap Tuhan terjadi.
Dalam kondisi manusia modern seperti saat ini sering temui manusia yang mengalami hal ini terutama dalam agama Islam yang sering disebut zadhab atau kegilaan berlebihan terhadap Illa yang maha Agung atau Allah.
Mereka belajar tentang bagaimana Allah bekerja, sehingga ketika keinginannya sudah lebur terhadap kehendak Allah, maka yang ada dalam pikirannya hanya Allah, Allah, Allah dan Allah…. disekelilingnya tidak tampak manusia lain tapi hanya Allah yang berkehendak, Setiap Kejadian adalah maksud Allah terhadap Hamba ini…. dan inilah yang dibahayakan karena apabila tidak ada GURU yang Mursyid yang berpedoman pada AlQuran dan Hadits maka hamba ini akan keluar dari semua aturan yang telah ditetapkan Allah untuk manusia.Karena hamba ini akan gampang terpengaruh syaitan, semakin tinggi tingkat keimanannya maka semakin tinggi juga Syaitan menjerumuskannya.
seperti contohnya Lia Eden dll… mereka adalah hamba yang ingin dekat dengan Allah tanpa pembimbing yang telah melewati masa ini, karena apabila telah melewati masa ini maka hamba tersebut harus turun agar bisa mengajarkan yang HAK kepada manusia lain seperti juga Rasullah pun telah melewati masa ini dan apabila manusia tidak mau turun tingkatan maka hamba ini akan menjadi seperti nabi Isa AS.Maka Nabi ISA diangkat Allah beserta jasadnya. Seperti juga Syekh Siti Jenar yang kematiannya menjadi kontroversi.Dalam masyarakat jawa kematian ini disebut “MUKSO” ruh beserta jasadnya diangkat Allah.

ada 4 unsur ilmu menuju mengenal Allah
-Syariat,Tarekat,Hakekat,Ma'rifat-

TAHAPAN MENUJU MANUSIA SEMPURNA

1. Membangkitkan Kekuatan Ruh, Mengenal Tuhan, Merasakan Allah, Mengalir2kan Energi Allah.

2. Takholi Buka Pintu

3. Takholi Pembersihan Diri

4. Melenyapkan Unsur Hewani yang Mengganggu

5. Mengisi dengan sifat2 Allah Asmaul Husnah

6. Terapi Quantum Imajineer

7. Mengukur Kedekatan dengan Allah.

8. Kepekaan Gerak

9. Kepekaan Rasa

10. Aku adalah 'Aku' - Konsep Wihdatus Syuhud

11. Terhubung dengan Allah.

12. Jalan Mencapai - Menjadi Manusia Sempurna.

1. Membangkitkan Kekuatan Ruh agar dapat Mengenal Tuhan

Bilamana Kita melihat ada Jejak Harimau di pasir pantai, maka Kita yakin bahwa ada Harimau yang melintas di pantai. Kalau Kita melihat alam semesta ini, maka Kitapun yakin bahwa pasti ada yang menciptakannya, Islam mengenal Allah SWT sebagai Sang Pencipta.

Untuk mengenal Tuhan, Kita harus mengenal Diri Kita sendiri terlebih dahulu, karena Allah menciptakan Alam Semesta ini untuk dinikmati sebagai tempat kehidupan Manusia ciptaan-NYA.

Pada QS. As Sajdah ayat 9 dijelaskan Manusia diciptakan oleh Allah dan merupakan bagian dari Allah, sehingga pada prinsipnya setiap Manusia terhubung ke Allah dan juga terhubung ke Manusia2 lainnya. Kalau Kita mampu memahami hal ini maka Kita tentu akan mengetahui untuk apa Manusia diciptakan dan dilahirkan ke muka Bumi ini dan bagaimana menggunakan kekuatan Tuhan yang ada dalam Diri Kita itu untuk kebaikan.
_

AMALAN PADA MALAM-MALAM LAILATUL QADAR

Berikut ini dapat diamalkan pada malam lailatul qadar (sebaiknya mulai tengah malam):

1. Sembahyang sunat wudu’.

2. Sembahyang sunat hajat , berdoa minta dipertemukan Allah dengan malam Lailatul Qadar.

3. Membaca al-Quran.

4. Istighfar:

ASTAGHFIRULLAAHAL’AZHIIMA WA ATUUBU ILAIHI

5. Zikrullah:

LAA ILAAHA ILLALLAAH(U) ;
LAA ILAAHA ILLALLAAHU MUHAMMADAN(R)-RASUULULLAAH(I);
ALLAAHU AKBAR

6. Bertasbih:

SUB-HAANALLAAHI WAL-HAMDULILLAAHI WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR, WA LAA HAULA WA LAA QUWWATA ILLAA BILLAAHIL’ALIYYIL’AZHIIM(I);
SUB-HAANALLAAHI WA BIHAMDIHI SUB-HAANALLAAHIL’AZHIIM(I);
SUB-HAANA RABBIYAL A’LAA

SUB-HAANA RABBIYAL’AZHIIMI WA BIHAMDIH(I)

7. Salawat:

ALLAAHUMMA SHALLI ‘ALAA SAYYIDINAA MUHAMMAD

8. Sembahyang sunat tahajjud.

9. Sembahyang sunat tasbih.

Orang yang bertemu dengan Lailatul Qadar dipercayai akan terus dingin badannya karena dihampiri oleh para malaikat (sebentar saja). Hendaklah segera membaca:

ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIM (UN) TUHIBBUL’AFWA FA’FU ‘ANNII

Rasulullah s.a.w telah bersabda yang bermaksud: “Barangsiapa beribadat sesaat pada malam Qadar, kira-kira selama seorang penggembala memerah susu kambingnya, maka adalah lebih disukai Allah daripada berpuasa setahun penuh. Demi Allah yang telah mengutus daku dengan hak menjadi nabi, sesungguhnya membaca satu ayat dari al-Quran pada malam Qadar adalah lebih disukai Allah daripada mengkhatamkannya pada malam-malam yang lain.”

Dari Aisyah r.a bahwa dia mengatakan, aku bertanya: “Ya Rasulullah, kalau aku bertepatan dengan malam Qadar, maka apakah yang patut aku baca? Jawab Rasulullah s.a.w.: Ucapkanlah:

ALLAAHUMMA INNAKA ‘AFUWWUN KARIIM (UN) TUHIBBUL’AFWA FA’FU ‘ANNII

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang Maha Pemaaf lagi Pemurah, yang suka memberi kemaafan, maka maafkanlah aku.”

Keutamaan Bulan Ramadhan

Abu Hurairah ra, di mana ia berkata : Rasulullah saw bersabda :

“Pada bulan Ramadhan umatku diberi lima hal yang tidak pernah diberikan kepada umat sebelumnya yaitu :
1. Bau busuk mulut orang yang berpuasa itu lebih harum di sisi Allah daripada harumnya minyak kasturi.

2. Malaikat memohonkan ampun bagi mereka sehingga mereka berbuka.

3. Pada bulan itu setan-setan yang jahat dibelenggu, maka pada bulan itu mereka tidak bebas sebagaimana pada bulan-bulan yang lain.

4. Setiap hari Allah menghias surga-Nya dan berfirman kepadanya : “Hamba-hamba-Ku yang shalih hampir dibebaskan dari beban dan gangguan dan mereka akan kembali kepadamu.

5. Pada akhir malam bulan Ramadhan, mereka diampuni. (Rasulullah saw) ditanya : “wahai Rasulullah, apakah malam itu lailatul qadar ?” Beliau menjawab : “Bukan, namun seorang pekerja itu upahnya dibayarkan bila ia telah selesai mengerjakan pekerjaannya.”

Dari Abu Hurairah ra, di mana ia berkata : Rasulullah saw menyampaikan berita gembira kepada para sahabatnya seraya bersabda :
“Bulan Ramadhan, bulan yang penuh barakah telah datang kepadamu. Allah mewajibkan atas kamu berpuasa padanya. Pada bulan itu pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan yang jahat dibelenggu. Dalam bulan itu ada lailatul qadar yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan.”

Diriwayatkan dari Al-A’masy dari Khaitsamah, di mana ia berkata : “Para ulama mengatakan bahwa dari Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya, dari haji yang satu ke haji berikutnya, dari Jum’at yang satu ke Jum’at berikutnya, dan dari salat yang satu ke salat berikutnya adalah merupakan kaffarat (penebus dosa) selama dosa-dosa besar dijauhi.”

Diriwayatkan dari Umar ra, bahwasanya apabila Ramadhan tiba, ia berkata : “Selamat datang bulan yang membersihkan kami.” Bulan itu seluruhnya baik, puasa pada siang harinya, salat malam pada malam harinya, dan shadaqah (infaq) pada bulan Ramadhan itu seperti shadaqah (infak) dalam perjuangan pada jalan Allah.”
Abu hurairah ra meriwayatkan salat malam pada bulan Ramadhan, karena iman dan mengharap ridha Allah, maka diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.”

Abu Hurairah ra meriwayatkan dari Nabi saw, di mana beliau bersabda :

“Allah SWT berfirman : “setiap kebaikan yang dikerjakan oleh manusia itu dilipatgandakan dari sepuluh sampai 700 kali kecuali puasa, karena puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan membalasnya. Ia meninggalkan keinginan, makan dan minumnya karena Aku. Puasa itu adalah perisai. Bagi orang yang berpuasa itu memiliki dua kegembiraan, yaitu kegembiraan sewaktu berbuka, dan keembiraan sewaktu bertemu dengan Tuhannya, nanti pada hari kiamat.”

Rasulullah saw menyampaikan khutbah pada akhir bulan Sya’ban, di mana beliau bersabda :
“Wahai manusia, sesungguhnya bulan yang agung dan penuh barakah, bulan yang di dalamnya terdapat lailatul qadar yang nilainya lebih baik daripada seribu bulan telah menaungi kamu sekalian. Suatu bulan, di mana Allah mewajibkan puasa pada siang harinya dan menjadikan salat pada malam harinya sebagai amalan sunah. Barang siapa yang mengerjakan perbuatan sunah atau perbuatan baik lainnya pada bulan itu, maka ia seolah-olah mengerjakan perbuatan fardhu pada selain bulan itu. Ramadhan adalah bulan sabar, dan sabar itu balasannya surga. Ia adalah bulan pertolongan dan bulan di mana pada saat itu rezeki orang mukmin bertambah. Barang siapa yang memberi buka kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala memerdekakan budak dan mendapat ampunan atas dosa-dosanya.” Kami berkata : “Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami mempunyai makanan yang bisa dipakai untuk berbuka bagi orang yang berpuasa.” Beliau bersabda : “Allah memberikan pahala ini kepada orang yang memberi buka kepada orang yang berpuasa meskipun hanya seteguk air susu, sebutir korma atau air minum. Barang siapa yang membuat kenyang orang yang berpuasa, maka ia mendapat ampunan atas dosa-dosanya dan Tuhannya akan memberinya minuman dari telaga, suatu minuman yang tidak akan pernah haus lagi sesudah meminumnya, sampai ia masuk surga, dan ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang berpuasa itu. Bulan Ramadhan permulaannya adalah rahmat, pertengahannya adalah ampunan, dan penghabisannya adalah pembebasan dari neraka. Dan barang siapa yang memperingan budaknya pada bulan itu, maka Allah memerdekakannya dari api neraka.”

Jumat, 06 Agustus 2010

Siapakah Syeikh Abdul Qadir Al-Jailani ?

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang ‘alim di Baghdad. Biaografi beliau dimuat dalam Kitab Adz Dzail ‘Ala Thabaqil Hanabilah I/301-390, nomor 134, karya Imam Ibnu Rajab Al Hambali. Buku ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Imam Ibnu Rajab menyatakan bahwa Syeikh Abdul Qadir Al Jailani lahir pada tahun 490/471 H di kota Jailan atau disebut juga dengan Kailan. Sehingga diakhir nama beliau ditambahkan kata Al Jailani atau Al Kailani atau juga Al Jiliy. Wafat pada hari Sabtu malam, setelah maghrib, pada tanggal 9 Rabi’ul Akhir tahun 561 H di daerah Babul Azaj.

Beliau meninggalkan tanah kelahiran, dan merantau ke Baghdad pada saat beliau masih muda. Di Baghdad belajar kepada beberapa orang ulama’ seperti Ibnu Aqil, Abul Khatthat, Abul Husein Al Farra’ dan juga Abu Sa’ad Al Muharrimi. Beliau belajar sehingga mampu menguasai ilmu-ilmu ushul dan juga perbedaan-perbedaan pendapat para ulama’.

Suatu ketika Abu Sa’ad Al Mukharrimi membangun sekolah kecil-kecilan di daerah yang bernama Babul Azaj. Pengelolaan sekolah ini diserahkan sepenuhnya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani. Beliau mengelola sekolah ini dengan sungguh-sungguh. Bermukim disana sambil memberikan nasehat kepada orang-orang yang ada tersebut. Banyak sudah orang yang bertaubat demi mendengar nasehat beliau. Banyak orang yang bersimpati kepada beliau, lalu datang ke sekolah beliau. Sehingga sekolah itu tidak kuat menampungnya. Maka, diadakan perluasan.

Murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama’ terkenal. Seperti Al Hafidz Abdul Ghani yang menyusun kitab Umdatul Ahkam Fi Kalami Khairil Anam. Juga Syeikh Qudamah penyusun kitab figh terkenal Al Mughni.

Syeikh Ibnu Qudamah rahimahullah ketika ditanya tentang Syeikh Abdul Qadir, beliau menjawab, “ kami sempat berjumpa dengan beliau di akhir masa kehidupannya. Beliau menempatkan kami di sekolahnya. Beliau sangat perhatian terhadap kami. Kadang beliau mengutus putra beliau yang bernama Yahya untuk menyalakan lampu buat kami. Beliau senantiasa menjadi imam dalam shalat fardhu.”

Syeikh Ibnu Qudamah sempat tinggal bersama beliau selama satu bulan sembilan hari. Kesempatan ini digunakan untuk belajar kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sampai beliau meninggal dunia. 1)

Beliau adalah seorang ‘alim. Beraqidah Ahlu Sunnah, mengikuti jalan Salafush Shalih. Dikenal banyak memiliki karamah-karamah. Tetapi banyak (pula) orang yang membuat-buat kedustaan atas nama beliau. Kedustaan itu baik berupa kisah-kisah, perkataan-perkataan, ajaran-ajaran, “thariqah” yang berbeda dengan jalan Rasulullah, para sahabatnya, dan lainnya.

Diantara perkataan Imam Ibnu Rajab ialah, “ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah seorang yang diagungkan pada masanya. Diagungkan oleh banyak para syeikh, baik ‘ulama dan para ahli zuhud. Beliau banyak memiliki keutamaan dan karamah. Tetapi ada seorang yang bernama Al Muqri’ Abul Hasan Asy Syathnufi Al Mishri ( orang Mesir ) 2) mengumpulkan kisah-kisah dan keutamaan-keutamaan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam tiga jilid kitab. Dia telah menulis perkara-perkara yang aneh dan besar ( kebohongannya ). Cukuplah seorang itu berdusta, jika dia menceritakan yang dia dengar. Aku telah melihat sebagian kitab ini, tetapi hatiku tidak tentram untuk beregang dengannya, sehingga aku meriwayatkan apa yang ada di dalamnya. Kecuali kisah-kisah yang telah mansyhur dan terkenal dari selain kitab ini. Karena kitab ini banyak berisi riwayat dari orang-orang yang tidak dikenal. Juga terdapat perkara-perkara yang jauh ( dari agama dan akal ), kesesatan-kesesatan, dakwaan-dakwaan dan perkataan yang batil tidak berbatas.3) semua itu tidak pantas dinisbatkan kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah. Kemudian aku dapatkan bahwa Al Kamal Ja’far Al Adfwi4) telah menyebutkan, bahwa Asy Syath-nufi sendiri tertuduh berdusta atas kisah-kisah yang diriwayatkannya dalam kitab ini.”5)

Imam Ibnu Rajab juga berkata, “ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani rahimahullah memiliki pendapat memiliki pendapat yang bagus dalam masalah tauhid, sifat-sifat Allah, takdir, dan ilmu-ilmu ma’rifat yang sesuai dengan sunnah. Beliau memiliki kitab Al Ghunyah Li Thalibi Thariqil Haq, kitab yang terkenal. Beliau juga mempunyai kitab Futuhul Ghaib. Murid-muridnya mengumpulkan perkara-perkara yang berkaitan dengan nasehat dari majelis-majelis beliau. Dalam masalah-masalah sifat, takdir dan lainnya, ia berpegang dengan sunnah. Beliau membantah dengan keras terhadap orang-orang yang menyelisihi sunnah .”

Syeikh Abdul Qadir Al Jailani menyatakan dalam kitabnya, Al Ghunyah, “ Dia ( Allah ) di arah atas, berada diatas ‘arsyNya, meliputi seluruh kerajaanNya. IlmuNya meliputi segala sesuatu.” Kemudian beliau menyebutkan ayat-ayat dan hadist-hadist, lalu berkata “ Sepantasnya menetapkan sifat istiwa’ ( Allah berada diatas ‘arsyNya ) tanpa takwil ( menyimpangkan kepada makna lain ). Dan hal itu merupakan istiwa’ dzat Allah diatas arsys.”6)

Ali bin Idris pernah bertanya kepada Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, “ Wahai tuanku, apakah Allah memiliki wali ( kekasih ) yang tidak berada di atas aqidah ( Imam ) Ahmad bin Hambal?” Maka beliau menjawab, “ Tidak pernah ada dan tidak akan ada.”7)

Perkataan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani tersebut juga dinukilkan oleh Syeikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab Al Istiqamah I/86. Semua itu menunjukkan kelurusan aqidahnya dan penghormatan beliau terhadap manhaj Salaf.
Sam’ani berkata, “ Syeikh Abdul Qadir Al Jailani adalah penduduk kota Jailan. Beliau seorang Imam bermadzhab Hambali. Menjadi guru besar madzhab ini pada masa hidup beliau.”

Imam Adz Dzahabi menyebutkan biografi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani dalam Siyar A’lamin Nubala, dan menukilkan perkataan Syeikh sebagai berikut,”Lebih dari lima ratus orang masuk Islam lewat tanganku, dan lebih dari seratus ribu orang telah bertaubat.”

Imam Adz Dzahabi menukilkan perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan Syeikh Abdul Qadir yang aneh-aneh sehingga memberikan kesan seakan-akan bekiau mengetahui hal-hal yang ghaib. Kemudian mengakhiri perkataan, “ Intinya Syeikh Abdul Qadir memiliki kedudukan yang agung. Tetapi terdapat kritikan-kritikan terhadap sebagian perkataannya dan Allah menjanjikan ( ampunan atas kesalahan-kesalahan orang beriman ). Namun sebagian perkataannya merupakan kedustaan atas nama beliau.”( Siyar XX/451 ).

Imam Adz Dzahabi juga berkata, ” Tidak ada seorangpun para kibar masyasyeikh yang riwayat hidup dan karamahnya lebih banyak kisah hikayat, selain Syeikh Abdul Qadir Al Jailani, dan banyak diantara riwayat-riwayat itu yang tidak benar bahkan ada yang mustahil terjadi ”.

Syeikh Rabi’ bin Hadi Al Madkhali berkata dalam kitabnya, Al Haddul Fashil, hal.136, “ Aku telah mendapatkan aqidah beliau ( Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ) didalam kitabnya yang bernama Al Ghunyah.8) Maka aku mengetahui dia sebagai seorang Salafi. Beliau menetapkan nama-nama dan sifat-sifat Allah dan aqidah-aqidah lainnya di atas manhaj Salaf. Beliau juga membantah kelompok-kelompok Syi’ah, Rafidhah, Jahmiyyah, Jabariyyah, Salimiyah, dan kelompok lainnya dengan manhaj Salaf.”9)

Inilah tentang beliau secara ringkas. Seorang ‘alim Salafi, Sunni, tetapi banyak orang yang menyanjung dan membuat kedustaan atas nama beliau. Sedangkan beliau berlepas diri dari semua kebohongan itu. Wallahu a’lam bishshawwab.

Kesimpulannya beliau adalah seorang ‘ulama besar. Apabila sekarang ini banyak kaum muslimin menyanjung-nyanjungnya dan mencintainya, maka suatu kewajaran. Bahkan suatu keharusan. Akan tetapi kalau meninggi-ninggikan derajat beliau di atas Rasulullah n, maka hal ini merupakan kekeliruan. Karena Rasulullah n adalah rasul yang paling mulia diantara para nabi dan rasul. Derajatnya tidak akan terkalahkan disisi Allah oleh manusia manapun.

Adapun sebagian kaum muslimin yang menjadikan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani sebagai wasilah ( perantara ) dalam do’a mereka. Berkeyakinan bahwa do’a seseorang tidak akan dikabulkan oleh Allah, kecuali dengan perantaranya. Ini juga merupakan kesesatan. Menjadikan orang yang meningal sebagai perantara, maka tidak ada syari’atnya dan ini diharamkan. Apalagi kalau ada orang yang berdo’a kepada beliau. Ini adalah sebuah kesyirikan besar. Sebab do’a merupakan salah satu bentuk ibadah yang tidak diberikan kepada selain Allah. Allah melarang mahluknya berdo’a kepada selain Allah,


Dan sesungguhnya mesjid-mesjid itu adalah kepunyaan Allah.
Maka janganlah kamu menyembah seseorang pun di dalamnya
Disamping ( menyembah ) Allah.
( QS. Al-Jin : 18 )

Jadi sudah menjadi keharusan bagi setiap muslim untuk memperlakukan para ‘ulama dengan sebaik mungkin, namun tetap dalam batas-batas yang telah ditetapkan syari’ah.

Akhirnya mudah-mudahan Allah senantiasa memberikan petunjuk kepada kita sehingga tidak tersesat dalam kehidupan yang penuh dengan fitnah ini.
Wallahu a’lam bishshawab.

1) Siyar A’lamin Nubala XX/442
2) Nama lengkapnya adalah Ali Ibnu Yusuf bin Jarir Al Lakh-mi Asy Syath-Nufi. Lahir di Kairo tahun 640 H, meninggal tahun 713 H. Dia dituduh berdusta dan tidak bertemu dengan Syeikh Abdul Qadir Al Jailani.
3) Seperti kisah Syeikh Abdul Qadir menghidupkan ayam yang telah mati, dan sebagainya.
4) Nama lengkapnya ialah Ja’far bin Tsa’lab bin Ja’far bin Ali bin Muthahhar bin Naufal Al Adfawi. Seoarang ‘ulama bermadzhab Syafi’i. Dilahirkan pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 685 H. Wafat tahun 748 H di Kairo. Biografi beliau dimuat oleh Al Hafidz di dalam kitan Ad Durarul Kaminah, biografi nomor 1452.
5) Dinukil dari kitab At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.
6) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 515.
7) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 516.
8) Lihat kitab Al-Ghunyah I/83-94.
9) At Tashawwuf Fii Mizanil Bahtsi Wat Tahqiq, hal. 509, karya Syeikh Abdul Qadir bin Habibullah As Sindi, Penerbit Darul Manar, Cet. II, 8 Dzulqa’dah 1415 H / 8 April 1995 M.