Jumat, 05 Oktober 2012

ayam putih peliharaan Alloh Swt dan Rasulullah

Ayam jago Putih
Ayam adalah salah satu hewan yang mempunyai kelebihan istimewa seperti Ayam cemani dan ayam putih ,kalau Ayam cemani sering di gunakan untuk ritual Ilmu Hitam ritual pesugihan dan merupakan salah satu Syarat Utama atau pokok suatu ritual tertentu dan Ayam Cemani atau ayam hitam cenderung di gunakan untuk hal-hal yang Kurang baik , sebaliknya Kalau  Ayam Jago Putih malah bisa untuk mengusir gangguan dari ilmu hitam dan kejahatan,
Ayam Jago Putih juga merupakan Hewan kesayangan Rosululloh SAW sesuai Hadist – hadist Rosululloh SAW , Para Ulama’ -Ulama Ahli Tajrib ( Ulama Khos pada jaman dahulu ) bermufakat Bahwa Ayam Jago Putih ^ salah satu khasiatnya ialah dapat menjaga rumah dan Penghuninya serta Isi Rumahnya dari gangguan Jin, Ilmu Hitam, Pencuri, Kebakaran ,dan mereka para Ulama Tajrib menjamin apabila anda menyembelih ayam jago putih ( Untuk Acara selamatan/ Syukuran ) maka anda sekeluarga akan di selamatkan oleh Alloh s.wt dari segala macam mara bahaya baik pada keluarganya maupun hartanya.
Hadist di bawah ini hadist sohih yang diriwayatkan oleh Abdul Haq bin qoni’ dengan isnadnya sampai pada Jabir binAtswab bin ‘Atabah bahwa sesungguhnya Rosulalloh saw bersabda :
” AD-DIIKU AL- ABYADU KHOLILII “
( Ayam Jago Putih Adalah kesayanganku )
Dan dalam hadist riwayat yg lain adalah :
” AD-DIIKU AL-ABYADU SODIQII WA ‘ADUWWU ASY-SYAYTONI, YAHRUSU SOHIBAHU WA SAB’A DUURI KHOLFAHU “
( Ayam jago putih adalah sahabatku dan musuhnya Setan, dia menjaga rumah pemiliknya dan 7 rumah di belakangnya ( tetangga )
Dan dalam hadist yang lain adalah :
“AD-DIIKU AL-ABYADU HABIBII WA HABIBU HABIBII JIBRILA YAHRUSU BAYTAHU WA SITTATA ‘ASYARA BAYTAN MIN JIRONIHI” ( Ayam jago putih merupakan kekasihku dan kecintaannya kekasihku Jibril a.s, Dia menjaga rumah pemiliknya dan 16 rumah tetangganya ).
Rumah anda di ganggu oleh mahluk halus, atau sering kecurian tidak usah panggil pemburu hantu atau Kahin ( dukun ), cukup laksanakan sunnat Rosululloh saw carilah oleh anda Ayam jago Putih Mulus ( Bukan Ayam sayur tapi Ayam kampung, ayam Adu, ayam Afrika ). Diriwayatkan oleh Asy-syeikh Muhibuddin At-Tobary : ” Bahwa sesungguhnya Rosululloh saw mempunyai se-ekor Ayam jago putih dan telah menjadi kebiasaan apabila Rosululloh saw mengadakan suatu perjalanan dengan para sahabat-sahabatnya, Ayam jago putihnya selalu beliau bawa serta agar senantiasa mereka di perjalan mengetahui waktu-waktu sholat dari suara kokoknya ayam tsb.
Di riwayatkan dalam Hadist Shohih yang diriwayat kan oleh : Imam Bukhori, Muslim, At-Turmudzi, An-Nasa’i dari Abu Hurairoh R.A sesungguhnya rosululloh saw bersabda :
“IDZA SAMI’TUM SIYAHA AD-DIIKATI FAS ALULLOHA MIN FADLIHI, FAINNAHA RO AT MALAKAN, WA IDZA SAMI’TUM NUHAQOL HAMIRI FA TA’AWWADZUU BILLAHI MIN ASY SYAITONI, FAINNAHA ROAT SYAITONAN.”
( Apabila kamu sekalian mendengar suara berkokoknya ayam maka berdo’alah miminta pada alloh dari keutamaanya, Karena sesungguhnya Ayam tersebut telah melihat malaikat, Dan apabila kamu sekalian mendengar suara ringkik keledai, Maka berta’udz lah kepada Alloh ( Memohon perlindungan ) dari gangguan setan, Karena sesungguhnya keledai tsb telah melihat Setan).
Di riwayatkan dalam Mu’azzam At-Tobroni dan dalam Tarikh Asbihan dari rosululloh saw , Nabi bersabda :
” Sesungguhnya Alloh S.W.T memiliki se-ekor Ayam jago putih yang ke dua sayapnya dihiasi permata permata Jabarjad, Yaqut dan Mutiara, 1 sayap di Timur dan Sayap yang lainnya di Barat, Kepalanya berada di bawah Arasy dan berdirinya ayam tsb di udara , Ayam tsb senantiasa berkokok mengumandangkan Adzan ditiap waktu sahur, Maka Adzan tersebut terdengar oleh penduduk langit & Penduduk bumi kecuali Manusia dan Jin yang tidak dapat mendengar Adzannya , Maka tatkala Kokok Adzannya berkumandang di jawablah secara bersahutan oleh suara kokok Ayam – Ayam jago yang ada di muka Bumi, maka apabila Hari Qiamat sudah dekat, Alloh S.W.T berfirman pada Ayam tsb ” Kumpulkanlah sayap sayapmu dan rendahkanlah suaramu “, mengetahuilah semua penduduk langit & Bumi kecuali Manusia Jin yang tidak mengetahuinya, Bahwasanya Hari Qiamat sudah dekat.
Di riwayatkan Dalam sebuah Hadist yg di riwayatkan oleh Ats-Tsa’labi R.A telah bersabda Rosululloh S.A.W
TSALASATU ASWATIN YUHIBBUHALLOHU TA’ALA : SAUTU AD-DIIKI, WA SAUTU QORIIL QUR’ANI, WA SAUTUL MUSTAGFIRINA BIL ASHARI.
( 3 Suara yang paling di sukai oleh ALLOH Ta’ala : 1. Suara Kokok ayam jago, 2. Suara pembaca Qur’an, 3. Suaranya orang-orang yang ber Istighfar di waktu sahur.).

Kamis, 12 Januari 2012

Mas kahwin Fatimah

Ketika Allah memerintahkan Rasulullah untuk mencarikan suami bagi anaknya, Rasulullah memanggil semua sahabatnya tanpa sebarang diskriminasi.

“Allah memerintahkan aku untuk memberitahu kamu bahawa sesiapa yang mampu membaca seluruh Al-Qur’an pada malam, ini boleh menikahi puteriku, Fatimah, jika dia menerimanya,” kata Rasulullah.

Malam itu, semua sahabat berusaha menyelesaikan seluruh bacaan Qur’an, kecuali Ali bin Abi Talib yang pulang ke rumah untuk tidur. Ketika Bilal mengumandangkan azan subuh, semua orang berkumpul di masjid termasuk Rasulullah saw.

Ketika Nabi menanyakan siapa yang sudah menyelesaikannya, tidak seorangpun menjawabnya, kerana amat susah menamatkan 30 juz dalam waktu 7-8 jam saja. Namun Ali bin Abi Talib berkata, “Ya Rasulullah saw, aku telah menamatkan seluruh Al-Quran semalam.”

Sahabat-sahabat yang lain melihat ke arah Ali dengan hairan. “Bagaimana kamu menyelesaikannya? Bukankah kamu tidur semalaman,” tanya salah seorang dari mereka.

“Tidak, aku memang menyelesaikannya,” Ali menjawab.

“Siapa saksimu, Ali?” soal Rasulullah saw.

“Allah adalah saksiku dan engkau, ya Nabi saw adalah juga saksiku,” Ali menjawab ringkas.

“Aku membaca ‘Laa ilaha ill Allah, Muhammad Rasulullah’ sebanyak 3 kali, Astaghfirullah (70 kali), Surah Al Fatihah (1 kali), Surah Al Ikhlas (3 kali), Surah Al Falaq (1 kali), Surah An Naas (1 kali), Laa ilaha ill Allah (10 kali), dan Selawat Nabi ‘Allahumma solli alaa Muhammadin wa alaa ali muhamaddin wa salim’ sebanyak 10 kali,” Ali menyambung.

“Sebagaimana Allah memberi kesaksian, aku juga memberi kesaksian bahwa Ali telah menyelesaikan seluruh bacaan Qur’an. Jika kamu membaca seperti apa yang dibaca oleh Ali, sama seperti dia membaca 30 juzuk Al Qur’an,” kata Rasulullah saw.

“Fatimah, apakah engkau menerima Ali sebagai suamimu?” Rasulullah saw. bertanya pada puterinya.

“Dengan satu syarat,” Fatimah menjawab.

Semua sahabat mulai memandang pada Ali, Fatimah dan kemudian kepada Nabi. Ketika Nabi saw berfikir mengapa Fatimah mengajukan syarat itu, malaikat Jibril turun dan berkata pada beliau, “Wahai Nabi, jangan tergesa-gesa mengambil keputusan, Allah Yang mengatakan padamu untuk menanyakan syarat apa yang ingin dia ajukan.”

“Apa syaratmu, Fatimah ?” tanya Rasulullah saw.

“Syarat itu bukan untuk Ali, tapi dari diriku sendiri. Jika ini dipenuhi, maka aku menerimanya. Jika tidak, aku menolak untuk menikah dengan Ali” jawab Fatimah.

Kemudian Jibril mengingatkan Rasulullah saw. akan pesan Allah untuk menanyakan apa syarat yang diinginkannya.

“Sekarang dengarkan apa yang Allah letakkan pada hati Fatimah, sebagai manfaat dan darjat para wanita dalam kerohanian, ” kata Jibril

“Apa syaratmu, Fatimah?” sekali lagi Nabi bertanya

“Aku selalu mendengarmu berdoa bagi umatmu siang dan malam. Engkau mengatakan Ya Allah, izinkan aku memimpin umatku untuk-Mu! Ampuni mereka ! Sucikan mereka! Angkatlah semua dosa-dosa, kesulitan dan beban-beban mereka!” jawab Fatimah,

“Aku mendengarmu ya Rasulullah, dan melihat bagaimana engkau menderita demi umatmu. Dari apa yang engkau tuturkan, aku tahu bahwa ketika wafat, dalam kubur, dan kiamat nanti engkau akan selalu menyebut, Umatku..Umatku ! Pada Allah. sebagaimana cintamu pada umatmu seperti itu juga yang ada dalam hatiku. Aku ingin seluruh umatmu sebagai mas kahwinku. Jika engkau menerimanya, aku bersedia menikah dengan Ali,” sambung Fatimah sebagai menyatakan keinginannya.

Apa yang diminta oleh Fatimah adalah seluruh umat Nabi, semua tanpa terkecuali sebagai mas kahwinnya. Oleh itu kerana ia tidak terletak ditangannya, Rasulullah perlu menunggu kedatangan Malaikat Jibril yang lama tidak juga menampakkan dirinya.

“Allah menyampaikan Assalamu'alaikum kepadamu dan menerima permintaan Fatimah. Allah swt menganugerahan apa yang dimintanya sebagai mas kahwin untuk bernikah dengan Ali,” kata Jibril ketika dia datang.

Segera Nabi berdiri dan mengerjakan solat 2 rakaat sebagai rasa syukur pada Allah swt. Fatimah ternyata mementingkan pengorbanannya bagi umat Nabi saw. Tidak seorang umat pun yang akan berada diluar mas kahwin Fatimah, kerana jika Allah menarik satu umat dari mas kahwin itu, maka pernikahannya dengan Ali dianggap tidak sah.

Nama Isteri Nabi Muhammad

1.Khadijah binti Khuwailid
Dinikahi oleh Nabi Muhammad ketika Nabi berusia 25 tahun manakala Khadijah 40 tahun. Mahar kahwinnya sebesar 12.5 uqiah emas. Sehingga Khadijah meninggal dunia, Nabi Muhammad tidak mengahwini wanita lain. Dia meriwayatkan sebuah hadis sahaja.

2.Saudah binti Zam’ah

Dinikahi oleh Nabi Muhammad pada tahun kesepuluh selepas kenabian. Sebelumnya, Saudah isteri kepada sepupunya sebelum bercerai. Nabi Muhammad pernah mahu menceraikannya ketika menikahi Aisyah tetapi dia tidak melakukannya. Dia meninggal dunia semasa Umar al-Khattab menjadi khalifah

3.Aisyah binti Abu Bakar Al-Siddiq

Dinikahi oleh Nabi Muhammad di Mekah ketika berusia enam tahun dan hidup bersama ketika berusia sembilan tahun. Mas kahwinnya bernilai 400 dirham. Merupakan isteri yang paling di cintai oleh Nabi Muhammad. Dia meriwayatkan 1210 hadis dan meninggal dunia ketika berusia 57 tahun. Jenazahnya disembahyangkan oleh Abu Hurairah dan dikebumukan di al-Baqi’ pada waktu malam

4.Hafsah binti Umar
Dinikahi pada bulan Syaaban, kira-kira 30 bulan selepas hijrah. Bapanya ialah Umar bin Khattab, manakala ibunya ialah Zainab binti Mazh’un. Hafsah dilahirkan lima tahun sebelum kenabian dan dinikahi dengan mahar sebanyak 400 dirham. Dia meriwayatkan sebanyak 60 hadis. Meninggal dunia pada bulan Syaaban, 45H. Jenazahnya disolatkan oleh Marwan bin al-Hakam, Gabenor Mekah pada waktu itu.

5.Zainab binti Khuzaimah
Dinikahi pada tahun ketiga hijrah dengan mahar sebanyak 400 dirham. Dua tiga bulan selepas bernikah, dia meninggal dunia pada usia 30 tahun. Jenazahnya disolatkan oleh Nabi Muhammad dan dikebumikan di al-Baqi’.

6.Hindun binti Abu Umaymah bin al Mughirah

Bernikah dengan Nabi pada akhir bulan Syawal tahun keempat Hijrah (ada yang mengatakan tahun kedua). Anaknya sendiri yang menikahkannya dengan Nabi sekaligus menunjukkan bahawa anak boleh menjadi wali pernikahan ibunya. Namun ini dikatakan bertententangan dengan Mazhab Syafie. Hindun meriwayatkan 328 hadis. Dia meninggal dunia pada zaman pemerintahan Yazid bin Muawiyah pada tahun 60H ketika berusia 84 tahun. Dia dikebumikan di al-Baqi’.

7.Zainab binti Jahsy

Zainab merupakan hamba kepada Umaymah binti Abdul Muthalib. Nabi menikahkannya dengan Yazid bin Harithah. Setelah Yazid menceraikannya, Nabi menikahi Zainab pada tahun ke-5H dengan mahar 400 dirham. Ketika itu Zainab berusia 35 tahun. Zainab meriwayatkan 10 hadis dan meninggal dunia pada tahun ke-20H ketika berusia 53 tahun. Jenazahnya di solatkan oleh Umar al-Khattab dan dikebumikan di al- Baqi’

8.Juwairiyah binti al-Harith
Juwairiyah ialah dari Bani Musthaliq. Dia merupakan hamba kepada Tsabit bin Qays. Nabi membelinya dari Tsabit, meemrdekakannya dan menikahinya dengan mahar 400 dirham. Juwairiyah meriwayatkan 7 hadis dan meninggal dunia di Madinah pada bulan Rabiulawal 56H ketika berusia 70 tahun. Jenazahnya disolatkan oleh Marwan bin al-Hakam.

9.Rayhanah binti Yazid

Rayhanah ialah dai Bani Nadhir. Dia adalah antara tawanan Bani Quraizah yang kemudiannya dipilih oleh Nabi bagi menjadi isterinya. Rayhanah seorang yang cantik dan berakhlak mulia. Apabila menjadi tawanan dia diberi pilihan sama ada mahu memeluk Islam atau tetap dengan agamanya. Dia memilih Islam lalu dimerdekakan dan dinikahi oleh Nabi pada tahun ke-6H. Dia pernah diceraikan oleh Nabi kemudian rujuk semula. Dia meninggal dunia apabila Nabi pulangdari haji wida’ dan dikebumikan di al Baqi’

10.Umm Habibah binti Ramlah

Nabi mengutuskan Amr bin Umayyah ke Najasyi untuk menikahi Umm Habibah. Raja Najasyi memberikan mahar sebanyak 400 dinar. Khalid bin Said menjadi wali Umm Habibah kerana dia merupakan anak pakciknya. Raja Najasyi kemudian membawanya kepada Nabi pada tahun ke-7H. Dia meninggal dunia pada tahun 44H

11.Safiyyah binti Hayyi

Safiyyah bukan berbangsa Arab. Dia dari bani Nadhir, dari bani Israil dan berketurunan Harun bin Imran. Bapanya merupakan seorang tokoh bani Nadhir yang berperang melawan bani Quraizah. Dia menjadi tawanan ketika perang Khaibar dan dipilih sendiri oleh Nabi dan dinikahinya selepas dia merdeka. Pembebasannya itu dijadikan sebagai mahar. Dia seorang yang cantik dan ketika itu belum berusia 17 tahun. Safiyyah meriwayatkan 10 hadis dan meninggal dunia dalam bulan Ramadhan tahun ke-50H (ada yang mengatakan 52H). Dia dikebumikan di al Baqi’

12.Maimunah binti al Harith

Asalnya dia bernama Barrah dan Nabi memberi nama Maimunah. Ibunya bernama Hindun binti Awf bin Zuhayr. Maimunah meriwayatkan 76 hadis. Dia meninggal dunia ketika berusia 80 ahun pada tahun 51H. Dia ialah isteri terakhir yang Nabi nikahi dan paling akhir meninggal dunia.

Siti Khadijah isteri Rasulullah

DAN setengah daripada tanda-tanda kebesaran-Nya bahawa Dia ciptakan untuk kamu daripada dirimu sendiri akan isteri-isteri, agar tenteramlah kamu kepadanya. Dan Dia jadikan di antara kamu cinta dan kasih sayang.Sesungguhnya pada yang demikian adalah tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (ar-Rum: 21)
 
SITI Khadijah merupakan seorang wanita yang berasal daripada suku kaum Asadiyah, iaitu satu keturunan Quraisy yang amat dihormati dan disegani.  Beliau dilahirkan pada tahun 68 sebelum hijrah iaitu 15 tahun sebelum tahun gajah, tahun kelahiran Nabi Muhammad s.a.w. Beliau diasuh dan dibesarkan oleh ibu bapanya dengan penuh kasih sayang serta diberikan tarbiah yang sempurna.

Pendidikan dan tunjuk ajar oleh ibu bapanya diterima dengan patuh dan taat, sehingga beliau tampil sebagai seorang wanita budiman dan berakhlak luhur serta tidak pernah bangga atau sombong dengan taraf kebangsawanannya. Kaumnya memanggil beliau dengan gelaran Al-Tahirah yang bermaksud perempuan suci. Sebelum berkahwin dengan Rasulullah, beliau pernah berkahwin dua kali, tetapi kedua-dua suaminya telah meninggal dunia. Ketika berkahwin dengan baginda, umur beliau ialah 40 tahun, manakala umur baginda 25 tahun.

Walaupun berbeda usia 15 tahun, tetapi rumah tangga mereka penuh dengan kedamaian dan ketenteraman, aman bahagia dan tidak pernah berselisih faham terhadap sesuatu masalah.

Beliau juga merupakan Ummul Mukmin pertama yang mempunyai keistimewaan-keistimewaan yang tersendiri, berbeda dengan isteri-isteri baginda yang lain. Beliau bukan sahaja wanita yang jelitawan tetapi mempunyai harta kekayaan dan tergolong di antara orang-orang yang ternama di Mekah.

Beliau sangat pandai mentadbir perniagaannya sehingga berjaya sampai ke Yaman dan Syam. Beliau pernah menyerahkan urusan perniagaannya kepada baginda kerana percaya dengan kejujuran baginda. Sehinggalah sampai suatu ketika beliau jatuh cinta dengan kebaikan dan kelembutan Rasulullah, lalu menyatakan hasrat untuk menikahi baginda.

Beliau hidup bersama Rasulullah selama 24 tahun. Sepanjang menjadi isteri baginda, beliau menjadi suri rumah tangga dan kekal menjadi satu-satunya isteri baginda sehinggalah beliau meninggal dunia. Beliau telah melahirkan enam orang anak sedangkan isteri-isteri baginda yang kemudian tidak seorangpun yang melahirkan anak sepertinya.

Beliau juga menanggung berbagai-bagai penderitaan bersama-sama Rasulullah dalam usaha berdakwah dan menyeru kepada Islam. Ketika dua orang anak lelakinya iaitu Kasim dan Abdullah meninggal dunia, beliau bersama dengan baginda berdukacita menangisi pemergian anak-anaknya itu.

Sudah menjadi kebiasaan Rasulullah untuk pergi ke Gua Hira kerana ingin bertafakur dan bermunajat kepada Allah seorang diri. Setiap kali baginda ke sana, baginda akan membawa sedikit bekalan yang disediakan oleh isterinya, Siti Khadijah. Apabila makanan sudah habis, baginda turun semula ke Mekah dan tawaf di Kaabah sebanyak tujuh pusingan, kemudian barulah kembali menemui isteri tercinta. Demikianlah yang dilakukan oleh Rasulullah, berulang alik dalam tempoh masa lebih kurang lima tahun di Gua Hira.

Sungguhpun demikian, Siti Khadijah tidak pernah berasa kecil hati terhadap Rasulullah. Malah, beliau berusaha agar baginda lebih memperoleh ketenangan dalam bermunajat kepada Allah. Oleh yang demikian, apabila Rasulullah pulang ke rumah, beliau tidak pernah mengeluh apatah lagi bermasam muka. Beliau melayani suaminya dengan baik, penuh hormat dan kasih sayang.
Begitulah tanggungjawab sebagai seorang isteri yang taat dan setia kepada suami sehinggalah beliau meninggal dunia dalam usia 64 tahun dan enam bulan. Semenjak pemergian Siti Khadijah, Rasulullah sangat sedih dan murung kerana begitu terasa kehilangan seorang kawan, teman, isteri, pembantu dan pembela ketika baginda menjalankan seruan Allah.

Nama Lengkapnya Siti Khadijah iaitu Siti Khadijah binti Khuwalid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai, yang tergolong daripada golongan bangsawan dan ternama di Mekah.
Petikan daripada buku Untaian 366 Kisah Daripada al-Quran,

Minggu, 24 Juli 2011

Datu Niang Thalib

Di daerah Rantau terdapat sebuah cerita
rakyat yang mengisahkan seorang datu
yang mempunyai kesaktian sangat tinggi,
hanya dengan menghentakkan kaki ke
tanah maka orang-orang yang ada di
sekelilingnya akan jatuh tersungkur ke tanah. Datu tersebut bernama Datu Niang
Thalib. Konon beliau masih hidup dan
menjadi penguasa alam gaib di daerah
Pulau Kadap (arah ke Sungai Puting).
Diceritakan juga bahwa apabila
masyarakat ingin kesana (memancing) dianjurkan untuk membawa Tali Haduk
(serabut pohon ijuk yang dianyam) supaya
makhluk gaib tidak mengganggu, hal ini
didasarkan pada cerita masyarakat
bahwa Tali Haduk sebagai tanda orang
tersebut adalah kerabat dari Datu Niang Thalib. Diceritakan juga bahwa Datu
Niang Thalib adalah salah satu murid Datu
Suban (Tatakan) yang memiliki ilmu
Kabauriat Dunia.
Pada zaman dahulu di daerah Tatakan,
mata pencaharian masyarakatnya adalah bertani, berkebun dan mencari rotan.
Pada suatu hari, berangkatlah 7 orang
Desa Muning (Tatakan) untuk mencari
rotan di daerah hutan rawa Nipah
Habang, Ketujuh orang itu adalah
Pungut, Kaliangat, Dunguh, Umpangan, Kutui Umping, Durni Indang, dan Munat
Incang.
Ketujuh orang ini berjalan memasuki
hutan rawa yang sangat lebat ditumbuhi
segala macam pohon yang hidup di daerah
rawa. Rotan juga tumbuh subur disana. Setelah mereka tiba di daerah Nipah
Habang yang kaya akan rotan, mereka pun
langsung menebang rotan yang mereka
cari. Pada umumnya masyarakat setempat
tidak berani memasuki daerah tersebut
karena konon diceritakan di sana banyak
dihuni makhluk gaib, terutama hantu yang
suka mengganggu. Sudah banyak orang
kampung yang melihat wujud-wujud yang menakutkan di daerah tersebut.
Dalam waktu singkat ketujuh orang
tersebut sudah berhasil menebang rotan
yang mereka perlukan. Rotan yang sudah
ditebang dibuang kulitnya dan kemudian
dijemur, karena proses penjemuran yang memerlukan waktu cukup lama, maka
mereka bermalam selama tiga hari tiga
malam. Setelah kering, rotan diikat,
masing-masing seratus batang per ikat.
Mereka pun pulang dengan membawa
masing-masing satu ikatan. Dalam perjalanan pulang, mereka bertemu
dengan hantu yang sangat besar, hantu
itu tidur di atas Pulantan (rumput liar
yang sering tumbuh di pinggir sawah)
yang tingginya hampir 15 meter. Saking
besarnya, hantu itu tidur bersandar dipohon tersebut.
Begitu melihat hantu tersebut, ketujuh
orang itu sangat ketakutan, meskupun
hantu tersebut sedang tidur dan tidak
mengetahui keberadaan mereka. Hantu
itu tertidur sangat pulas dan dengkurannya terdengar sangat keras,
hampir sama dengan suara harimau yang
sedang marah.
Diantara ketujuh orang tersebut, hanya
Durni Indang yang berani, sedangkan
yang lainnya sudah bersiap-siap untuk lari. Durni Indang menyarankan pada
temannya yang lain untuk mengikat hantu
tersebut dengan rotan yang mereka
bawa, akan tetapi yang lainnya menolak
karena sudah sangat ketakutan.
Oleh karena itu, Durni Indang mengikat hantu itu sendirian, mulai dari ujung kaki
sampai kepada bagian kepalanya. Ketujuh
ikatan rotan yang mereka bawa habis
digunakan untuk mengikat hantu itu.
Meski sudah diikat, hantu tersebut tidak
terbangun, malah semakin nyenyak tidurnya dan dengkurannya semakin
keras.
Durni Indang berusaha membangunkan
hantu itu dengan berteriak keras di
depan telinganya yang besar, tapi ia tidak
juga bangun. Durni Indang kemudian mencabut sebatang pohon yang cukup
besar dan memukulkannya ke bagian biji
kemaluan hantu itu. Setelah memukulkan
pohon tersebut, kemaluan hantu tersebut
bereaksi. Hantu itu kencing dan
menggeliat bangun. Rotan yang diikatkan di sekujur tubuhnya putus dengan
sangat mudahnya. Dengan raut muka yang
marah dan sangat menakutkan, hantu itu
melihat ke arah Durni Indang, Durni
Indang pun lari ketakutan, tetapi dengan
sangat mudahnya Durni Indang berhasil ditangkap oleh hantu itu hanya dengan
mengayunkan tangannya ke depan, oleh
karena ukuran tubuhnya yang sangat
besar.
Durni Indang diletakkan di atas telapak
tangannya dan diputar-putar seperti mempermainkan bola pimpong. Hantu itu
sangat marah karena telah dibangunkan
dari tidurnya.
Durni Indang terbunuh setelah diremas-
remas, dan tubuhnya yang remuk
kemudian dimakan oleh hantu itu. Hantu itu sebenarnya masih lapar, tapi karena
tidak ada lagi yang bisa dimakan, maka ia
pun tidur kembali.
Keenam orang yang berhasil melarikan
diri, mendatangi kediaman Datu Niang
Thalib di daerah hutan Hariyung Danau Belantai. Mereka menceritakan kejadian
yang mereka alami dan apa yang
dilakukan hantu itu pada Durni Indang
kepada Datu Niang Thalib.
Setelah selesai bercerita, Datu Niang
Thalib pergi sendirian ke tempat hantu tadi tidur. Datu Niang Thalib menepuk
tangan hantu tersebut dan hantu itu
langsung terbangun dan duduk dengan
lemah lunglai karena sangat ketakutan
melihat Datu Niang Thalib dihadapannya
dengan raut muka yang menampakkan kemarahan.
Datu Niang Thalib berkata kepada hantu
itu bahwa yang dimakannya itu adalah
anak-cucunya dan Datu Niang Thalib
akan membunuh hantu tersebut sebagai
balasannya. Hantu tersebut meminta ampunan dari Datu Niang Thalib, tetapi
Datu Niang Thalib tetap marah dan tetap
berniat untuk membunuh hantu tersebut.
Hantu itu mengajukan permintaan
terakhirnya, ia ingin menjadi saudara
angkat Datu Niang Thalib. Makhluk gaib tersebut beralasan bahwa ia
bukan hantu, sedangkan mukanya yang
menyeramkan dan tubuh yang besar
tersebut hanya merupakan baju yang
dipakainya. Ia hanya sebagai penjaga
daerah itu dari gangguan orang luar. Makhluk gaib itu kemudian melepaskan
pakaiannya dan ternyata dibalik pakaian
itu, hantu tersebut adalah pemuda yang
sangat tampan, gagah dan berwajah
simpatik.
Sebagai tanda persaudaraan, pemuda tersebut berjanji akan mengawinkan
Datu Niang Thalib dengan adik
perempuannya yang sangat cantik dan
memiliki kulit putih kekuning-kuningan
karena belum pernah terkena sinar
matahari. Datu Niang Thalib ternyata juga termasuk laki-laki mata keranjang
sehingga ia pun akhirnya sangat tertarik
dengan janji yang diberikan pemuda
tersebut, marahnya pun kemudian
mereda.
Datu Niang Thalib kemudian dibawa oleh pemuda tadi ke rumahnya untuk melihat
adik perempuan yang diceritakannya.
Setelah berjalan cukup lama, maka
sampailah mereka ke kampung pemuda
tersebut. Ternyata kampung itu adalah
sebuah kerajaan megah. Datu Niang Thalib diperkenalkan dengan adiknya
yang cantik dan tanpa berpikir terlalu
lama, Datu Niang Thalib menikahi adik
dari pemuda itu.
Setelah sepuluh hari kepergian Datu
Niang Thalib, orang kampung Muning geger karena ia belum kembali, terlebih-
lebih istri dan anaknya yang gelisah
karena takut terjadi sesuatu yang buruk
dengan suaminya. Istrinya tersebut
kemudian melaporkan kejadian ini pada
Datu Murkat. Datu Murkat adalah seorang tertua dan
dituakan di kampung Muning. Ia sangat
dihormati oleh masyarakat kampung
Muning karena kebaikan dan wibawanya,
serta kesaktiannya yang sangat tinggi.
Ia merasa ikut bertanggungjawab atas apa yang telah menimpa keluarga Datu
Niang Thalib. Setelah mempertimbangkan
segala sesuatunya, Datu Murkat pun
pergi mencari keberadaan Datu Niang
Thalib. Datu Murkat didampingi oleh
empat orang yang kesaktiannya setara denga kesaktian Datu Niang Thalib,
keempat orang tersebut adalah Datu
Karipis, Datu Ungku, Datu Taming Karsa
dan Datu Ganun.
Berdasarkan keterangan dari enam orang
pencari rotan yang berhasil selamat dari makhluk besar tadi, maka dengan
mudahnya Datu Murkat dan keempat
orang yang menyertainya, makhluk besar
tersebut berhasil ditemukan dan Datu
Murkat menangkap makhluk besar
tersebut hanya dengan sebelah tangannya.
Dengan nada marah, Datu Murkat
menanyakan keberadaan Datu Niang
Thalib. Makluk gaib tersebut sangat
ketakutan dan mengatakan bahwa Datu
Niang Thalib dalam keadaan baik dan tidak terjadi sesuatu yang buruk
terhadapnya, serta menceritakan bahwa
Datu Niang Thalib telah memperistri adik
perempuannya. Datu Murkat tidak
percaya Datu Niang Thalib mau
memperistri adik dari hantu yang wajahnya sangat menakutkan.
Setelah menjelaskan duduk perkaranya
secara rinci, bahwa ia bukanlah hantu dan
bentuk tubuhnya yang besar adalah
hanya merupakan baju yang dipakinya
saja, maka Datu Murkat dan keempat orang lainnya mengikuti pemuda tampan
tersebut ke kampung tempat keberadaan
Datu Niang Thalib.
Sebelum menemui Datu Niang Thalib, Datu
Murkat dan keempat orang
pendampingnya dibawa untuk menemui Raja untuk melaporkan kedatangan
mereka di kampung kekuasaan raja
tersebut.
Kemudian rombongan Datu Murkat dibawa
menemui Tuan Putri. Mereka sangat
kagum dengan kecantikan Tuan Putri dan terlebih-lebih tidak percaya bahwa laki-
laki yang ada di sampingnya adalah Datu
Niang Thalib.
Datu Niang Thalib meminta maaf kepada
Datu Murkat karena telah merepotkan
dan tidak memberi tahu bahwa ia telah tinggal menetap di sana. Setelah
menjelaskan secara panjang lebar, Datu
Murkat dapat mengerti.
Rombongan Datu Niang Thalib dijamu
makanan dan minuman oleh Tuan Putri
dan Datu Niang Thalib di kerajaannya. Mereka berbicara dan bergurau dalam
jamuan tersebut.
Setelah hari menjelang sore, rombongan
Datu Murkat minta pamit pulang. Istri
muda Datu Niang Thalib menganjurkan
agar mereka bermalam di kerajaannya. Tetapi Datu Murkat beralasan bahwa
mereka takut disangka mengalami hal
yang buruk akan mereka oleh orang-orang
kampung Muning apabila bermalam di
sana.
Sebelum mereka pulang, istri Datu Niang Thalib memberikan bungkusan kain kuning
yang di dalamnya terdapat emas seberat
setengah kilogram kepada Datu Murkat
dan keempat orang yang menyertainya,
selain itu juga satu bungkusan untuk istri
Datu Niang Thalib di kampung Muning. Datu Niang Thalib berpesan kepada
rombongan Datu Murkat, bahwa apabila
nanti anak-cucu mereka memasuki
kawasan hutan di sekitar kerajaan itu,
mereka harus membawa Tali Haduk
karena penjaga kawasan hutan di daerah itu sudah diberi pesan bahwa yang
membawa tali haduk adalah anak-cucu
Datu Niang Thalib.
Sambil membicarakan tentang Datu Niang
Thalib yang telah memiliki istri yang
sangat cantik dan kerajaan yang megah, tidak terasa perjalanan rombongan Datu
Murkat telah sampai di kampung Muning.
Mereka langsung menemui istri Datu
Niang Thalib dan menceritakan bahwa
Datu Niang Thalib telah menetap dan
memperistri seorang perempuan di sana. Pada awalnya istri Datu Niang Thalib
tidak percaya dengan cerita itu, tapi
begitu melihat bungkusan emas yang
diberikan istri muda Datu Niang Thalib di
sana, maka ia pun merasa sedikit terhibur
dan dengan pasrah menerima apa yang telah terjadi pada dirinya dan anak-
anaknya.